top of page

Dilema Millenial, Beli Rumah atau Ngontrak?

  • apayanews
  • Jul 8, 2019
  • 2 min read



Semua orang pasti orang ingin memiliki rumah sendiri, begitu juga kaum milenial. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena saya sendiri adalah generasi milenial. Dikutip dari republika.co.id  istilah generasi millennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.


Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. Generasi ini sangat lekat dengan teknologi.


Dikatakan juga bahwa teknologi juga membuat para generasi internet tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat. Selain itu pusat data republika menyebutkan juga bahwa :


Millennials rata-rata mengalihkan perhatiannya dari berbagai gawai, seperti PC, smartphone, tablet, dan televisi  27 kali setiap jamnya. Angka ini meningkat dari 17 kali per jam di generasi sebelumnya.  Dalam urusan bekerja, millennial lebih tertarik memiliki pekerjaan yang bermakna ketimbang sekadar bayaran yang besar. Dalam urusan konsumsi hiburan, millennial menghabiskan 18 jam perhari untuk menikmati layanan tontonan on demand, bermain gim, atau sekadar menonton televisi konvensional.


Lalu dari segi mewujudkan mimpi, setiap pasangan yang baru menikah, di awal-awal pernikahan yang paling pasti adalah memiliki rencana untuk memiliki anak, jadi selain biaya hidup sehari- hari dana yang harus ada adalah untuk pemeriksaan kehamilan, kelahiran anak dan membesarkannya. Saya kira itu yang menjadi prioritas, karena tabungannya terdahulu sebagian pasti sudah digunakan untuk acara pernikahannya, kecuali menikah karena ada "sponsor", entah dari orang tuanya atau siapa saja.


Bagi Anda yang sudah mulai memasuki dunia kerja, tentunya realitas mulai menghantam pikiran Anda dengan keras. Dengan gaji terbatas, otak berputar sedemikian rupa untuk merencanakan pembelian hunian sederhana.


Tidak disangka-sangka, waktu akan berjalan sangat cepat dan tanpa terasa Anda belum berhasil memiliki hunian. Oleh karena itulah, sebagian orang mengatasinya dengan cara sewa rumah.


Alasan paling umum mengapa orang memilih untuk sewa rumah daripada beli rumah tentunya kendala finansial. Dengan UMR saat ini, hampir mustahil untuk bisa memiliki rumah di tengah kota yang layak huni.


Beberapa perencana keuangan mungkin mengatakan bahwa menyewa itu keputusan yang salah karena pada akhirnya Anda tidak memiliki asetnya.


Namun sebagian percaya bahwa menyewa adalah alternatif sementara sambil menabung sampai bisa membeli rumah. Ini jauh lebih baik daripada memaksakan diri untuk kredit rumah di luar kemampuan finansial Anda.


Jika Anda sudah menikah atau memiliki buah hati, tentunya membeli rumah merupakan sebuah rencana yang lebih baik daripada menyewa. Namun tidak peduli apa kata orang, pikirkan terlebih dahulu sebelum Anda memutuskan untuk beli rumah, karena Anda baru bisa mengenal rumah secara penuh setelah tinggal di dalamnya.


Sebagai contoh, sangat banyak orang yang terpaksa merenovasi rumahnya atau bahkan menjualnya sesaat setelah membelinya, karena ternyata rumah tersebut bocor atau diserang rayap.


Dengan mengontrak atau menyewa rumah sebelum membelinya, Anda bisa merasakan pengalaman tinggal di sana secara langsung sehingga Anda bisa mengambil keputusan yang jauh lebih bijak. (Faiz)



 
 
 

Comments


bottom of page