Aksi 22 Mei
- apayanews
- May 27, 2019
- 2 min read
Demonstrasi dan kerusuhan terjadi di Jakarta, Indonesia, pada tanggal 21 dan 22 Mei 2019. Demonstrasi tersebut berkaitan dengan penolakan hasil penghitungan suara pemilihan Presiden Indonesia 2019. Bentrokan massa dengan aparat dan kerusuhan terjadi di beberapa tempat di Jakarta sejak tanggal 21 Mei malam. Wikipedia
Menurut tribunnews.com, Polda Metro Jaya menangkap 257 tersangka yang diduga provokator dalam Kerusuhan di tiga Tempat Kejadian perkara (TKP) di Jakarta.
Banyak masyarakat yang dirugikan terhadap aksi 22 mei ini. Banyak pertokoan yang tutup karena takutnya bentrok di aksi ini. Selain itu masyarakat yang menjadi karyawan beberapa kantor di kawasan, harus memutar mengambil jalan lain.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, total korban aksi unjuk rasa 22 Mei mecapai 737 orang hingga Kamis (23/5/2019) pukul 11.00 WIB, delapan orang di antaranya meninggal dunia. Demo yang berlangsung di Bawaslu RI pada 21-23 Mei berlangsung ricuh setelah terjadi bentrok antara massa dan polisi. (tirto.id)
Aksi 22 mei ini mengakibatkan pembatasan pada media sosial. Pembatasan sosial media ini menurunnya beberapa aplikasi seperti instagram, facebook, dan whatsapp. Pembatasan media sosial ini bertujuan untuk mengurangi provokasi media online, berita palsu, dan menjaga keamanan sosial.
Masyarakat banyak yang merasa dirugikan akibat pembatasan media sosial ini. Karena banyak juga masyarakat yang bekerja dengan menggunakaan media sosial. Seperti usaha online, dan pekerjaan lain yang membutuhkan komunikasi melewati sosial media.
Dengan adanya pembatasan media sosial, kominfo menemukan 30 berita palsu. Berita palsu tersebut disebarkan melalui facebook dan instagram.
"Temuan kami dalam pemantauan ada 30 hoax yang dibuat, bisa dilihat di website Kominfo. Hoax ini disebarkan lewat 1.932 URL ada di FB, Instagram, Twitter. Di FB ada 450 URL, di Instagram ada 581, di Twitter 784, dan 1 lewat LinkedIn, kami tetap pantau setelah kami buka," kata Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Samuel Abrijani saat jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (25/5/2019).(detik.com)
Seharusnya tidak perlu ada aksi ricuh seperti ini. Karena aksi ricuh seperti ini merugikan masyarakat banyak. Bahkan peserta aksi sendiri karena bisa terluka. Masyarakat sekitar jakarta juga mengalami ketakutan untuk melintasi kawasan aksi atau pun keluar rumah.
Sebagai masyarakat baiknya kita tidak mudah terprovokasi oleh hal - hal kecil apalagi hal yang tidak menguntungkan bagi kita. Karena dampak nya bisa meluas dari diri kita hingga masyarakat luas.
Muthia Syifaani
Comments